Jumat, 09 Januari 2009

Hubungan Masyarakat dengan kebudayaan

Seringkali kita mendengar perkataan-perkataan ataupun pernyataan tentang kebudayaan suatu masyarakat,Pertanyaannya adalah bagaimana sebenarnya hubungan antara kebudayaan dengan masyarakat.
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu dalam waktu yang telah cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju
kepada satu tujuan yang sama.Sedangkan manusia adalah sumber kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat danau besar dimana air dari sumber-sumber itu mengalir dan tertampung didalamnya. Manusia mengambil air dari danau tersebut,jadi erat sekali hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan. Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat. Demikian pula eksistensi suatu masyarakat hanya dapat dijaga kelangsungannya dengan adanya kebudayaan.

Minggu, 04 Januari 2009

SYAWALAN


Satu minggu setelah lebaran ( Idul Fitri ), Cobalah anda pergi berjalan-jalan ke daerah Krapyak-Daerah pesisir pantai utara jawa tengah, tepatnya masuk kewilayah administrative Kota Pekalongan,maka anda akan disuguhi suatu pemandangan yang mencengangkan dengan berjubelnya ribuan orang tua-muda yang semuanya berdesak-desakan menuju satu titik. Ada apakah gerangan ? mungkin pertanyaan itu akan muncul dibenak anda yang bukan warga asli sekitar Pekalongan ataupun anda yang baru saja tinggal menetap diwilayah sekitar Pekalongan.
Tradisi Syawalan, itulah jawaban dari pertanyaan tersebut. Ribuan orang berdesak-desakan untuk mengikuti tradisi Syawalan yang digambarkan sebagai ujud syukur dan membuka open house untuk menerima tamu dari dari manca desa maupun manca kota. Hal ini dikarenakan untuk masyarakat krapyak, mereka kembali melaksanakan puasa selama 6 hari dimulai tanggal 2 syawal dan berakhir tanggal 7 syawal.Sehingga pada tanggal 8 Syawal seluruh masyarakat krapyak merayakan kembali hari raya yang kemudian dikenal dengan tradisi Syawalan.Dalam perjalanan waktu, tradisi ini diketahui oleh masyarakat diluar krapyak , sehingga merekapun tidak mengadakan kunjungan silaturahmipada hari-hari antara tanggal 2 hingga 7 dalam bulan Syawal, melainkan berbondong-bondong berkunjung pada tanggal 8 Syawal. Adapun mengenai sejarah lengkap tradisi ini bisa anda baca disini.

Ujungnegoro,Legenda & eksotisme alam pantai


Ujungnegoro, mendengar namanya terkesan bahwa daerah ini terletak jauh dari peradaban ataupun jauh dari pusat keramaian. Kesan dari nama itu memang tidaklah mutlak salah, setidaknya mungkin untuk beberapa dasawarsa yang telah lewat. Memang dahulunya Ujung Negoro merupakan daerah pantai yang jarang dilewati oleh manusia sampai pada ± zaman Kerajaan Mataram Islam,dimana didaerah itu mulai dibuka pemukiman terutama untuk penyebaran agama islam oleh seorang yang diyakini sebagai Waliullah yaitu Syeh Maulana Maghribi.Tokoh Islam ini begitu dikenal didaerah Ujungnegoro, bahkan diyakini di pantai ujungnegoro ini Syeh Maulana Maghribi meninggalkan sebuah petilasan yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar. Petilasan tersebut selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dan wisatawan yang berkunjung kepantai Ujungnegoro, terutama setiap tanggal 15 Sapar (penanggalan jawa) dimana pada saat itu digelar upacara selamatan untuk mengenang Syeh Maulana Maghribi.
Selain legenda mengenai Syeh Maulana Maghribi, ada legenda ataupun cerita rakyat versi lainnya yang bercerita seputar Ujungnegoro, cerita tersebut berkisah tentang Raden Aswatama putra Pendeta Durna yang berusaha mengejar para Pandawa untuk membalas dendam atas kekalahan dan kematian ayahandanya dalam perang Bharatayudha. Dalam perjalanannya yang penuh kekecewaan dan dendam kesumat itulah membawa raden aswatama sampai daerah ujungnegoro dimana kemudian dia bersemadi dan membayangkan Dewi Wilutama ibunya yang seorang bidadari kahyangan. Mendengar ratapan anaknya, maka sang dewipun turun dari kahyangan dan menemui anaknya tersebut. Setelah menanyakan apa maksud dari anaknya dan tidak berhasil mencegah keinginan Raden Aswatama untuk membalas dendam kepada Pandawa, maka dengan berat hati Dewi Wilutama dengan kesaktiannya memberikan bantuan kepada anaknya tersebut untuk dapat menyusul para Pandawa dengan cepat. Adapun keberadaan Pandawa saat itu diyakini oleh Raden Aswatama sedang beristirahat di Jonggring saloka ( Daerah Dataran tinggi Dieng).
Dewi wilutamapun menganjurkan kepada Raden Aswatama untuk menggali tanah guna menembus bumi sampai kejonggring saloka.” Bagaimana mungkin hamba dapat menggali tanah dan menembus Jonggring saloka dengan cepat ibunda, jangan-jangan sampai tuapun hamba tidak bakalan sampai” demikian sanggah Raden Aswatama. “Jangan takut anakku, aku akan membantumu asalkan satu laranganku jangan pernah kau langgar yaitu janganlah kamu menengok kebelakang sampai sampai kunyatakan berhenti kamu menggali” Jawab Dewi Wilutama. Akhirnya Raden Aswatamapun mulai menggali, dan keanehan terjadi yaitu tanah yang semula keras tiba-tiba menjadi lunak ketika tangan Aswatama mulai menyentuhnya, bahkan seperti terbang sendiri menjauhi tangannya itu. Seharian Raden Aswatama menggali sampai dia bertanya-tanya sendiri dalam hati sudah sampai manakah kiranya dia menggali, namun dia tetap berusaha bersabar dan terus saja menggali. Namun godaan akan keingintahuannya terus datang manakala dirinya merasa sudah menggali terlalu jauh. Raden Aswatama mencoba bertanya kepada ibundanya dan ketika dia tidak mendapatkan jawabannya, dia lupa akan larangan ibundanya dan menengoklah ia kebelakang. Maka seketika itu juga bumi bergemuruh….terdengar suara Dewi Wilutama “ Anakku Aswatama, kamu telah melanggar larangan yang aku katakan, maka mulai sekarang aku tidak bisa lagi membantumu…kamu teruskan usahamu sendiri. Menyesalah Raden Aswatama karena kini tanah yang dia gali telah menjadi keras kembali seperti semula. Akhirnya raden aswatama membelokkan arah galiannya menuju atas dan keluar sampai didaerah yang sekarang ini dikenal dengan daerah Batur. Adapun tempat pertama kali Raden Aswatama menggali dikenal sampai sekarang dengan sebutan “Gua Aswatama” adapun kebenaran tentang gua tersebut sampai kedaerah batur, sampai sekarang tidak ada yang tahu.
Dalam perkembangannya, Ujungnegoro menjadi salah satu desa tepian pantai yang memiliki panorama eksotis dengan suasana alam yang relative masih nature. Eksotisme pantai inilah yang menjadikan para pemancing dari berbagai daerah datang untuk memancing sekalian menikmati indahnya pemandangan alam sekitarnya. Berawal dari omongan para pemancing inilah, makin hari makin banyak saja orang berdatangan untuk menikmati keindahan alam pantai Ujungnegoro. dan
Pemerintah Kabupaten Batang, melalui Disparta-nya akhirnya menjadikan pantai yang terletak 14 km arah timur laut dari kota Batang ini salah satu obyek tujuan wisata daerah dengan membangun berbagai fasilitas umum bagi para wisatawan namun tetap mempertahankan eksotisme dari pantai Ujungnegoro ini.

Rabu, 31 Desember 2008

Hore....Tahun Baru...


Toeeeeeeeeeett Treteetetttt...tet...Cihuy...ramai sekali banyak orang berjubel-jubel tua muda anak-anak laki perempuan semua bercampur baur jadi satu...Ada apa Ya ?
Hey lihat...ada apa tuh dilangit...Banyak banget gemerlap dilangit, Hoi..itu mah kembang api.
Ya..begitulah suasana malam pergantian tahun dari tahun 2008 menjadi tahun 2009 yang baru saja kita lewati. Malam pergantian tahun merupakan salah satu tradisi global. Dikatakan global karena malam pergantian tahun diperingati hampir oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh pelosok dunia dari kota sampai desa. Peristiwa ini telah menjadi tradisi dengan berbagai corak ragam dan gaya dari berbagai penjuru dunia yang terus berkembang sesuai dengan keadaan alam masyarakat sekitarnya.